Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
PerhatianPerhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.
Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam.
Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
1.Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasilbelajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.
Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al. 2006) yaitu
a.Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation).
b.
18
Ranah afektif
Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup.
c.Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap.
1.Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas (Anni 2004) . Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan, dan kemampuan. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar adalah informasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu, untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitan dan menyarankan kegiatan remidial atau perbaikan. Peningkatan hasil belajar biologi dalam judul penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik setelah melaksanakan proses belajar mengajar biologi.
B.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
PerhatianPerhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.
Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam.
Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
PerhatianPerhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.
Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam.
Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
1.Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasilbelajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.
Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al. 2006) yaitu
a.Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation).
b.
18
Ranah afektif
Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup.
c.Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap.
1.Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas (Anni 2004) . Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan, dan kemampuan. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar adalah informasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu, untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitan dan menyarankan kegiatan remidial atau perbaikan. Peningkatan hasil belajar biologi dalam judul penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik setelah melaksanakan proses belajar mengajar biologi.
B.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
PerhatianPerhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.
Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam.
Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Model Pembelajaran Inkuiri Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo dalam Trianto (2007), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Kegiatan inkuiri dibentuk dan meliputi discovery karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi, dengan kata lain inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Kegiatan discovery adalah proses mental yang memungkinkan siswa mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Proses-proses mental dalam kegiatan discovery diantaranya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Roestiyah 2001). Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivis yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, peran guru disini sebagai fasilitator dan mediator (Wirtha 2008). Implementasi model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja seperti ilmuwan diantaranya merumuskan hipotesis, menguji hipotesis melalui percobaan dan menginformasikan hasil penyelidikan. Pembelajaran inkuiri juga didefinisikan sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol-simbol (gambar-gambar) dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain (Sidharta 2005). 14 Pemilihan model pembelajaran inkuiri dilakukan atas beberapa pertimbangan, diantaranya: a. karakteristik siswa dengan kemandirian cukup memadai b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup c. jumlah siswa dalam kelas tidak terlalu banyak d. materi pembelajaran tidak terlalu luas e. alokasi waktu cukup tersedia Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (a) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (b) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (c) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Pelaksanaan inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah: a) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. b) inkuiri berfokus pada hipotesis; siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Kebenarannya selalu bersifat sementara, oleh karena itu sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan sehingga dapat diperoleh penyelesaian masalah melalui berbagai informasi relevan yang didapat siswa. c) penggunaan fakta sebagai informasi. Fakta yang ada disekitar siswa merupakan bahan yang efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sehingga dari fakta di lingkungan akan dapat diperoleh banyak informasi untuk didiskusikan dan dicari penyelesainnya di kelas. Peranan guru untuk menciptakan kondisi yang menjadi syarat kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut: a) motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dalam berpikir. b) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. 15 c) penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. d) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas. e) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. f) manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g) rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru selama penerapan inkuiri, diantaranya: berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan (Sanjaya 2007) Model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep pada setiap kelompok kemampuan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dengan hasil tertinggi pada aspek membangun konsep di atas pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dan terendah pada aspek memilih hal-hal yang mungkin tidak relevan, serta ketrampilan proses sains (Sidharta 2005). Inkuiri sebagai wahana pendidikan ini disusun untuk mengembangkan ketrampilan berpikir, bekerja keras, bersifat jujur dan bekerja sama. a) Ketrampilan Berpikir Ketrampilan berpikir yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini adalah ketrampilan berpikir tingkat tinggi yaitu ketrampilan berpikir kreatif. Pada awal kegiatan pembelajaran, kepada siswa dimulai dengan ungkapan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan agar siswa lebih terlatih dalam pikirannya bahwa banyak masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan timbul pertanyaan “mengapa”, “bagaimana”, “apa yang menyebabkan” sampai akhirnya siswa mempunyai acuan untuk dapat memecahkan masalah tersebut. b) Bekerja Keras Kegiatan pengamatan untuk memperoleh data atau informasi dilakukan dengan penuh ketekunan dan keuletan. 16 c) Kejujuran Kejujuran diperlukan dalam model pembelajaran ini, mulai dari siswa mencatat data pengamatan, menjawab pertanyaan berdasarkan data dan pengamatan, dan melaksanakan pos tes. d) Bekerjasama Kerjasama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru terjadi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai sampai akhir kegiatan. Guru mengarahkan bagaimana memperoleh alat dan bahan yang berasal dari lingkungan sekitar kita. Kerjasama antara siswa pun lebih nampak ketika mereka melakukan kegiatan diskusi ataupun praktikum di laboratorium. Tujuan pembelajaran inkuiri yang lebih penting adalah menyiapkan anak didik untuk (1) mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains yang telah mereka pelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah. Gulo dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan oleh guru. Pertanyaan biasanya dituliskan di papan tulis atau dalam Lembar Diskusi Siswa (LDS) atau Lembar Kerja Siswa (LKS), kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. b. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 17 c. Mengumpulkan Data atau informasi Siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang dihadapi berdasarkan hipotesis yang telah dibuat. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengamatan, eksperimen, diskusi, dan cara lain yang mendukung. d. Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah”. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. e. Membuat Kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Model pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto (2007), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Pembelajaran inkuiri juga dapat diterapkan selama kegiatan praktikum berlangsung. Setelah guru memberikan suatu permasalahan, siswa dituntut berusaha memecahkan permasalahan dengan caranya sendiri melalui suatu praktikum. Siswa menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan praktikum sesuai langkah kerja/prosedur yang benar, dan mampu menganalisis data hasil praktikum sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi merupakan suatu kegiatan inkuiri (Marimuthu 2004). Penerapan praktikum dalam pembelajaran biologi memiliki empat alasan penting (Hertien 2001), diantaranya: a. praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa b. siswa dapat mengembangkan ketrampilan dasar dalam eksperimen c. praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah 18 d. praktikum menunjang pemahaman materi belajar. Pada penelitian ini pembelajaran inkuiri yang diterapkan meliputi kegiatan mengamati, menggolongkan, menjelaskan, dan juga mengadaptasi tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2007). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri tersebut sebagai berikut: Tabel 1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Fase Perilaku Guru 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang dituliskan di papan tulis atau dalam lembar LDS/LKS. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi penyelidikan. 3. Mengumpulkan data atau informasi melalui percobaan atau pengamatan Guru membimbing siswa melakukan percobaan atau pengamatan untuk mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya. 4. Menganalisis data yang diperoleh Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menganalisis data yang terkumpul dan menyampaikan hasil pengolahan data. 5. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. 19 Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif, dan bekerja keras atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka (Anonim 2006). Pembelajaran inkuiri yang berpusat pada anak dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri siswa, dapat mengembangkan bakat, menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal, dan memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Wirtha 2008). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sidharta (2005) tentang model inkuiri menunjukkan bahwa penerapan inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, ketrampilan berpikir kreatif siswa, dan ketrampilan proses sains. 1. Diskusi Inkuiri a. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah (Rustaman 2005). Diskusi dapat dibedakan menjadi diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada diskusi kelompok, permasalahan yang akan didiskusikan dapat dilontarkan guru pada awal pembelajaran sehingga setiap kelompok membahas permasalahan yang sama, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk LKS untuk setiap kelompok. Permasalahan yang disampaikan dalam bentuk LKS dapat sama tetapi dapat pula merupakan sub masalah yang berbeda untuk tiap kelompok yang hasilnya akan didiskusikan dalam diskusi kelas. Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan dalam proses pembelajaran dikarenakan: 1) memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa, 2) memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya, 3) mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai, 4) membantu siswa belajar berpikir secara kritis, 5) membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman, 6) membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah, 7) mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Kelebihan metode diskusi sebagai berikut: 1) mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data, 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama, 4) melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru, 5) merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya, 6) membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil,
7) mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali, 8) membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara, 9) berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis, 10) dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas. Selain memiliki beberapa kelebihan, metode diskusi juga memiliki beberapa titik kelemahan diantaranya: 1) tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan, 2) diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu, 3) sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi, 4) biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat, 5) pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara, 6) memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan cara: 1) guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan, 2) guru menjelaskan tujuan diskusi, 3) guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan, 4) guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat, 5) menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan, 6) mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, 7) mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem, 8) mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah, 9) selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa, 10) bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan. (Kiranawati 2007) b. Metode Inkuiri Schmidt dalam Ibrahim (2007) menyatakan bahwa inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Kourilsky dalam Hamalik (2003) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. Metode inkuiri didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu: (1) secara instintif siswa selalu ingin tahu; (2) di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya; (3) dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu; (4) siswa selalu mengekspresikan seni (Ibrahim 2007). Peran guru di dalam pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan dan arahan jika diperlukan oleh siswa. Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menganggu proses belajar siswa.
Ibrahim (2007) menyatakan langkah pembelajaran inkuri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari: 1) observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam, 2) mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi, 3) mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban, 4) mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan, 5) merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data. Segi keuntungan mengajar dengan menggunakan metode inkuiri meliputi: 1) pengajaran berpusat pada diri siswa. Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan siswa dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, siswa tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu, 2) pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat, 3) tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana siswa dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri, 4) pengembangan bakat dan kecakapan individu, lebih banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan,kemampuan dan bakat-bakatnya, 5) dapat memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Belajar yang sesungguhnya yaitu jika siswa bereaksi dan bertindak terhadap informasi melalui proses mental, 6) dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat. Inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya: 1) diperlukan kesiapan mental untuk belajar, percaya diri yang kuat dan siswa harus mampu menghilangkan hambatan, 2) pendekatan inkuiri bila diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil, sehingga disini akan dikombinasikan dengan media PowerPoint untuk mengatasi kelas besar tersebut, 3) siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri. Dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri. 4) lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis. Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan belaka (Sofa 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka diskusi inkuiri adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, siswa akan didorong dan dirangsang mencari jawaban permasalahan secara berkelompok sehingga para siswa menemukan pengetahuan sendiri.
IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk berpikir kritis melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri oleh siswa. Rahman et.al (2009) menyatakan bahwa praktikum adalah suatu kegiatan praktek, baik yang dilakukan di laboratorium maupun di luar laboratorium seperti di kelas atau di alam terbuka, berkaitan dengan suatu bidang ilmu tertentu yang antara lain ditujukan untuk menunjang pembelajaran teori. Proses belajar mengajar dengan praktikum ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, seperti mengikuti suatu proses,
13
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Siswa dapat mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang di alaminya itu.
Kegiatan pengamatan terhadap objek dan gejala alam dilakukan dengan lima indera, yaitu mata, hidung, kulit, lidah, dan telinga (Nur 2000). Ada empat alasan pentingnya kegiatan praktikum (Rustaman et al. 2003) sebagai berikut;
a.Membangkitkan motivasi belajar siswa. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu.
b.Mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar tersebut anatara lain seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan memanipulasi peralatan biologi.
c.Menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Para pakar meyakini bahwa bahwa cara yang baik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientist.
d.Menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori.
Pembelajaran dengan kegiatan praktikum ini, siswa dituntut untuk belajar dengan pengalaman. Siswa yang belajar dengan pengalaman, akan mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan mengamati dan menemukan (pembelajaran inkuiri). Siswa dalam pelaksanaan kegiatan mengajar menjadi lebih aktif, sehingga dalam proses mengajar guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas.
Setiap strategi belajar pastinya ada kelebihan dan kekurangannya. Djamarah dan Zain (2006) menyatakan kekurangan metode praktikum antara lain:
a.Lebih sesuai dengan bidang sains dan teknologi.
b.Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.