Pages

Si Manusia Dengan Kepala Dari Besi.



Kolonel James Churchward, yang terkenal karena penyelidikannya mengenai benua MU
yang hilang, yang tenggelam di Laut Pasifik, menceriterakan dengan panjang lebar suatu
corak lain dari ceritera kuno tentang Burung Petir sebagai berikut: Orang-orang indian
‘Hiden’, suku bangsa yang hidup di kepulauan Queen Charlotte, memiliki sebuah benda
keramat, yang paling indah di dunia. Sebuah tiang, yang di atasnya terdapat semacam
burung rajawali, yang disebut Burung Petir. Disusul kemudian oleh seekor ikan, yang
disebut ‘Ikan Paus Pembunuh’, Antara kepala dan ekor ikan itu terlihat seorang manusia,
yang disebut Manusia dengan Kepala Besi. Manusia itu sedang hendak melepaskan
sebuah anak panah ke lambung ikan pausnya.
Seorang tua dari suku bangsa itu menjelaskan kapada saya, bahwa Burung Petir
menggambarkan Sng Pencipta, yang mempunyai pandang mata seperti kilat, dan pukulan
sayapnya terdengar seperti petir. Manusia dengan kepala besi itu merupakan orang
kesayangan para Dewa, dan pada waktu terjadinya bencana banjir besar dia dijadikan
seekor ikan salem dengan kepala besi.
Selama terjadinya banjir, manusia yang telah dijadikan ikan itu, hidup dalam air di sungai
Minish. Dia mengumpulkan dahan untuk membuat suatu tempat berteduh bagi dirinya
sendiri, akan tetapi dia banyak kekurangan “bahan bangunan”, sehingga dia tidak dapat
menyelesaikan pekerjaannya. Pada saat itulah Burung Petir muncul di depannya,
membuka kedoknya dan berkata:’Saya adalah seorang manusia seperti anda, dan untuk
menolong anda, saya akan tetap tinggal bersama anda, agar anda mampu menemukan
suatu suku bangsa, dan saya akan melindungi anda’.
Dan kemudian, di tengah-tengah suara guntur yang memekakkan telinga, si manusia ikan
yang berkepala besi itu melihat prajurit-prajurit bermunculan, yang semuanya bersenjata
lengkap. Dan para prajurit itu adalah ayah-ayah bangsa kita.
716 Buah Cakram Batu Yang Berumur 12.000 Tahun
Di ujung lain dari dunia, di perbatasan antara Tibet dan Cina, seorang Jerman akhli
purbakala, telah menemukan 716 buah cakram dari batu di dalam gua-gua dari
pegunungan Bayan-Kara Ula. Benda-benda itu penuh dengan gambaran lambanglambang
dan tulisan-tulisan yang tak dapat dipecahkan artinya, kelihatannya telah
berumur ribuan tahun; di tengah-tengahnya terdapat lubang yang menembus, seperti
sebuah piringan hitam, dan terukir garis-garis berbentuk spiral dari tepi menuju ke
tengah-tengahnya cakram.
Dapatkah itu dianggap sebagai suatu bukti penuh tentang benarnya ceritera-ceritera kuno
mengenai Burung Petir, atau setidak-tidaknya, bahwa bumi kita ini pada jaman dahulu
telah dikunjungi oleh kapal-kapal ruang angkasa?
Wartawan ilmiah dari surat kabar Berlin “Das Vegetarische Universum” (“=Jagad
Tumbuh-tumbuhan”), mengenai penemuan itu, membuat ulasan sebagai berikut: “Celahcelah
berbentuk spiral itu merupakan hal, yang paling aneh, mengenai tulisan Cina.
Banyak akhli mencoba untuk memecahkan artinya. Hanya para akhli purbakala bangsa
Cina sajalah, yang dapat mencapai suatu hasil, dan hasilnya adalah demikian
mengejutkan, sehingga Akademi Prasejarah Peking mula-mula melarang
pengumumannya. Setelah pengumuman diijinkan, si professor, yang telah memimpin
penyelidikan, beserta empat orang pembantunya menggunakan judul ‘Tulisan-tulisannya
menunjuk kembali pada kapal-kapal ruang angkasa, yang sebagaimana tertulis pada
cakram-cakram itu, ada pada jaman 12.000 tahun yang lalu’.
Gua-gua di pegunungan Bayan Kara Ula dihuni oleh orang-orang dari suku bangsa Ham
dan suku bangsa Dropa. Mereka merupakan orang, yang berukuran kecil dan menderita
semacam penyakit tulang; hingga kini, semua usaha untuk menggolong-golongkan
mereka berdasarkan etnologi, tidak ada yang berhasil.
Beberapa tulisan kuno mengenai suku bangsa Ham dan Dropa telah dapat dipecahkan
artinya, dan apa yang dapat kami kumpulkan adalah sebagai berikut: “Bangsa Dropa
berasal dari awan, dalam kapal. Orang-orang kami, laki-laki, perempuan dan anak-anak,
bersembunyi dalam gua-gua besar. Kemudian mereka mengerti dari gerakan-gerakan
tangan, yang dibuat oleh bangsa Dropa, bahwa bangsa Dropa itu mempunyai maksud
bersahabat. Lain-lain cakram disebut juga dalam ceritera mengenai kecelakaan, yang
dialami oleh sebuah kapal, pada saat hendak mendarat di daerah pegunungan; usaha
untuk memperbaiki pesawat itu tidak berhasil... Dengan harapan untuk bisa mendapatkan
keterangan lebih lanjut, maka benda-benda berbentuk cakram itu kemudian dikirim ke
Moskow, dan diselidiki oleh para akhli di sana. Diketemukanlah, bahwa cakram-cakram
itu mengandung kobalt dan bahan-bahan logam lainnya, dan bahwa benda-benda itu
menggetar dengan frekuensi yang tidak lazim, seakan-akan mengandung suatu muatan
listrik atau dimasukkan dalam suatu arus listrik. Cakram kecil-kecil itu, yang telah
berumur lebih daripada 12.000 tahun, telah dan akan tetap merupakan suatu teka teki
yang sungguh-sungguh bagi para sarjana di dunia ini”.

0 komentar:

Posting Komentar