Pages

Kosmonaut-kosmonaut Telah Hidup dan Menghuni Bumi Kita Ini Pada Jaman Yang Telah Lalu



Semua petunjuk dan ceritera kuno, yang telah saya kemukakan itu, menguatkan gagasan
tentang asal usul manusia, yaitu dari angkasa luar. Sebagaimana telah kita lihat, maka
ceritera-ceritera itu berasal dari orang-orang yang tidak sama, dan terpencar di berbagaibagai
benua.
Seorang Jerman akhli mitologi, Gerhard R. Steinhauser, menulis sebagai berikut: “Kalau
kita menjumpai sejumlah bukti, yang menunjukkan, bahwa kosmonaut-kosmonaut asing
pada jaman purba telah menghuni bumi kita, telah memberi petunjuk-petunjuk kepada
manusia, telah mendidik dan memimpin manusia, dan malahan mungkin telah kawin
dengan manusia dan kadang-kadang telah membinasakan manusia, seperti misalnya di
Atlantis. Kalau andaikata kita hanya dapat memeras beberapa gram radium dari bertonton
batu, dan andaikata kita harus mengikis beberapa meter rumah-rumah siput untuk
menyingkap badan kapal tua, maka kita akan menggunakan usaha dengan semangat yang
sama, untuk membebaskan dan menyaring ilmu pengetahuan kuno yang asli. Kita dapat
mengakui kebenaran fakta-fakta itu, dan melanjutkan mempelajarinya, atau kita dapat
menolaknya; akan tetapi tanggapan, yang bersifat menolak itu, tambah lama bertambah
lebih sulit, karena kekurangan alasan. Dan seterusnya, kita menjumpai tanda-tanda atau
petunjuk-petunjuk, yang tidak mencukupi sebagai bukti yang menentukan; petunjukpetunjuk
itu mula-mula tampak seperti hasil dari daya khayal yang berlebih-lebihan, dan
baru menjadi terang gamblang setelah direnungkan secara lama dan tengan”.
Setelah Menyelesaikan Duabelas Macam Tugasnya, Hercules Kembali Ke Langit,
Ke Langit Dari Mana Dia tadinya Berasal.
Mereka, yang seperti Steinhauser berpendapat, bahwa planit kita ini pernah dikunjungi
oleh makhluk dari angkasa luar, juga menghadapi persoalan mengenai luasnya ruang
angkasa dan lamanya waktu untuk mengarunginya.
Memang demikianlah, orang-orang ruang angkasa, yang telah mengunjungi kita itu,
tentunya telah menempuh jarak yang terkirakan panjangnya dalam perjalanan mereka,
yang telah memakan waktu amat sangat banyaknya, Bagaimanakah orang-orang itu, atau
dewa-dewa dari angkasa luar itu, telah dapat mengatasi persoalan luasnya ruang angkasa
dan panjangnya waktu?
Steinhoser mengajak kita untuk mengikuti jalannya mitologi, yang mungkin akan dapat
membantu kita untuk memahami persoalan itu. Misalnya, kita mempunyai ceritera kuno
dari suku bangsa Indian Cashinava, di daerah Amazon, yang menguraikan, bahwa pada
suatu hari seorang Dewa telah membawa beberapa orang manusia naik ke langit. Dewa
itu memperingatkan orang-orang yang dibawanya, bahwa, di suatu tempat dalam
perjalanan mereka nanti, mereka harus benar-benar memperhatikan dia, kalau dia
meneriakkan kata-kata: “Gantilah kulitmu, gantilah kulitmu!”.
Akan tetapi, celakanya, orang-orang itu tidak memberikan reaksi cukup cepat, dan itulah
sebabnya, mengapa kita sekarang tidak dapat lagi berganti kulit seperti yang dilakukan
oleh ular.
Ceritera-ceritera kuno tertentu dari Yunani, khususnya ceritera mengenai Heracles (=
Hercules), menunjuk ke arah yang sama seperti ceritera kuno bangsa Indian tadi. Setelah
menyelesaikan “duabelas tugasnya” yang terkenal, Hercules kembali ke langit. Zeuslah,
ayahnyalah, yang mencarinya dan membawanya pulang kembali. Peristiwa itu diduga
terjadi di gunung Etna, di mana Hercules muncul dari kobaran api, dan kemudian dibawa
pergi dalam kereta perang Zeus menuju ke langit dan memasuki ruang angkasa. Tidak
terhitung banyaknya corak ceritera tentang kepergiannya itu, akan tetapi ada satu fakta
yang sangat menarik, yaitu, bahwa Hercules tidak lagi berwujud seorang manusia,
melainkan tampak sebagai “seekor ular, yang telah berganti kulitnya”.

0 komentar:

Posting Komentar